TUGAS REFLEKSI KULIAH 2
FILOSOFI, TEORI DAN KONSEP MATEMATIKA SEKOLAH DASAR
Nama |
: |
Aufal Kausar |
NIM |
: |
20706261002 |
Dosen Pengampu |
: |
Prof. Marsigit, M.A. |
Program Studi |
: |
S3-Pendidikan Dasar |
Awal perkuliahan kedua ini, dosen mempersilahkan kepada mahasiswa untuk berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Kemudian dosen memberikan motivasi akan pentingnya semangat menuntut ilmu. Selain itu, motivasi juga disertai dengan peristiwa keseharian yang disajikan lebih ringan dan membangkitkan semangat untuk mengikuti perkuliahan tentang awal mula ilmu matematika dan pendidikan matematika.
Matematika zaman Yunani kuno masih dianggap sebagai sebuah mitos. Artinya, kebenarannya tidak dibangun dan dilandaskan oleh kajian atau pengetahuan ilmiah. Mitos disini tidak dapat dimaknai sebagai hal yang negatif. Mitos dapat diartikan sebagai sesuatu yang baik atau sesuatu yang buruk. Sehingga sebagai awal, matematika dikategorikan dalam Myticism. Kemudian berkembang hingga di masa Plato. Dimana matematika dipandang sebagai pikiran. Atau matematika sebagai sesuatu yang hal yang rasional dan logis, termasuk pandangan akan matematika sebagai hal yang abstrak. Secara umum, matematika oleh Plato dan pengikutnya termasuk dalam filsafat analitik apriori.
Di sisi lain, Aristoteles memiliki pandangan yang berbeda dengan Plato. Jika Plato berpandangan matematika sebagai hal yang abstrak, Aristotetlian berpandangan bahwa matematika sebagai sesuatu yang kongkrit. Matematika menurut Aristoteles harus dibangun atas pengalaman atau kenyataan. Sehingga terdapat gap yang signifikan pandangan antara Plato dan Aristoteles. Hal ini menjadi salah satu penyebab munculnya perbedaan dua pandangan besar dalam dunia ilmu pengetahuan.
Seiring berjalannya waktu, matematika matematika mengalami perkembangan hingga Kant memiliki kritik terhadap kedua pandangan di atas. Kant berupaya menggabungkan pandangan analitik apriori dan sintetik aposteriori dari pendapat Plato dan Aristoteles. Analitik apriori merupakan memahami walau belum mengalami atau atas kajian ilmiah, sedangkan sintetik aposteriori merupakan sebaliknya. Sehingga perlu ada kajian kritis mengenai dua pandangan ini.
Topik selanjutnya yakni perkembangan matematika yang awalnya merupakan bagian dari proses pendidikan hingga akhirnya muncul ilmu matematika murni. Matematika dan pendidikan matematika saat ini memiliki perbedaan capaian pembelajarannya. Matematika murni juga masuk dalam ilmu sains murni, sedangkan pendidikan matematika masuk ke dalam ilmu terapan.
Pendidikan matematika dalam pendidikan juga memiliki tahapan tersendiri. Matematika yang dipelajari di perguruan tinggi berbeda dengan matematika yang dipelajari di jenjang SD baik secara substansial maupun yang sifatnya praktikal. Matematika di tingkat perguruan tinggi sifatnya masih definisi, sedangkan di jenjang SD matematika yang dipelajari merupakan matematika intuisi. Intuisi sendiri dapat bermakna memahami intuisi dan bermakna memiliki intuisi. Atau memahami sesuatu atau objek belum tentu memiliki objek tersebut.
Matematika di jenjang SD harus lebih diarahkan ke konsep yang lebih kongkrit, termasuk pada tugas akhir yang dilakukan oleh jurusan PGSD bidang matematika. Menurut pantauan dosen, tugas akhir yang ada di jurusan PGSD banyak yang tidak berlandaskan pada teori matematika yang kongkrit. Sehingga terkadang hal ini dianggap kurang relevan karena pada konteksnya matematika di Sekolah dasar banyak yang diupayakan agar lebih kongkrit dan mudah dipahami oleh siswa.
Matematika Sekolah Dasar pada dasarnya lebih diarahkan untuk mencari pola, mencari hubungan dan kemampuan komunikasi. Selain itu, matematika sekolah dasar juga mulai diperkenalkan dengan matematika realistik. Karenanya, pembelajaran di jenjang sekolah dasar perlu diarahkan ke konsep constructive teaching and learning.
Perkuliahan filosofi, teori dan konsep matematika SD yang kedua ditutup dengan doa dan motivasi dari dosen untuk tetap semangat walau situasi pandemi belum berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar