03 Maret 2021

AUFAL KAUSAR REFLEKSI KULIAH 3 PROF MARSIGIT

 

TUGAS REFLEKSI KULIAH 3

FILOSOFI, TEORI DAN KONSEP MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

 

Nama

:

Aufal Kausar

NIM

:

20706261002

Dosen Pengampu

:

Prof. Marsigit, M.A.

Program Studi

:

S3-Pendidikan Dasar

 

Perkuliahan ketiga dari filosofi, teori dan konsep matematika SD diawali dengan berdoa. Kemudian dilanjutkan dengan presensi untuk memastikan kehadiran mahasiswa dalam perkuliahan secara virtual.

Topik awal yang dibahas dalam kuliah ini yakni khazanah penelitian yang terdiri atas penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif merupakan bagian dari penelitian kualitatif. Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian pada umumnya harus berlandaskan pada tipe penelitian kualitatif. Karakteristik dari kuantitatif sendiri yakni jelas aturannya, ada rumusannya, memiliki perhitungan secara statistik yang terperinci.

Di sisi lain, penelitian kuantitatif hanya memiliki dua kemungkinan kesimpulan atau hipotesis. Konklusinya dapat berupa menerima atau menolak hipotesis. Sehingga tidak ada kesimpulan universal dan mendetail lain yang dapat diambil dari akhir penelitian kuantitatif. Sedangkan pada penelitian kualitatif, ada catatan lapangan, deskripsi, penjelasan, teori yang dapat dieksplorasi lebih mendalam dengan tidak dibatasi oleh hipotesis baik yang ditolak maupun yang diterima.

Pembahasan selanjutnya kemudian mengenai penelitian kuantitatif maupun kualitatif di tingkat perguruan tinggi harus terperinci, khususnya pada bidang matematika. Penelitian pendidikan matematika tingkat Sekolah Dasar harus memiliki khazanah yang memuat intuisi, realitas, analitik apriori, sintetik aposteriori, atau landasan filosofis lainnya. Karenanya, dosen lebih cenderung memilih bagaimana penelitian pendidikan matematika di tingkat Sekolah Dasar harusnya berbasis hermeneutic atau metode hidup.

Hermeneutika atau metode hidup menurut Prof. Marsigit belum banyak dijadikan sebagai topik utama penelitian matematika sekolah dasar bahkan di tingkat global sekalipun. Padahal, penelitian yang berbasis hermeneutik menurut beliau sudah seharusnya digunakan sesuai dengan konteks saat ini. Hal ini disebabkan oleh metode hidup yang belum banyak dipahami oleh banyak orang, tipikal penelitian di tingkat perguruan tinggi saat ini lebih cenderung lebih ke pengajaran atau University of Teaching, kemudian tipe penelitian perguruan tinggi yang sudah maju yakni University of Research. University of Research memiliki ciri universitas yang memiliki sarana prasarana laboratorium penelitian yang memadai, termasuk di bidang pendidikan. artinya, perguruan tinggi bidang pendidikan tersebut memiliki laboratorium pendidikan yang dijadikan sebagai wadah bagi mahasiswanya untuk melaksanakan riset bidang pendidikan. Sehingga istilah laboratorium disini tidak hanya merujuk pada laboratorium sains atau sejenisnya.

Walau khazanah kuantitatif dan kualitatif sangat kompleks dan sangat mempengaruhi iklim penelitian matematika sekolah dasar, akan tetapi riset kuantitatif dan kualitatif di tingkat perguruan tinggi dipengaruhi oleh beberapa hal. Di atas penelitian kuantitatif dan kualitatif, terdapat aspek yang disebut sebagai psikologis atau humaniora. Di atasnya lagi, terdapat filsafat yang memayungi psikologi / humaniora. Di atas filsafat inilah terdapat ilmu membangun atau metode hidup yang seharusnya menjadi kajian filosofis atau bahan renungan manusia yang disebut sebagai hermeneutika. Hermeneutika sendiri harus memuat aspek intuisi di dalamnya. Di atas hermeneutika ini terdapat Kuasa Tuhan yang menjadi puncak kajian ilmu pengetahuan, riset, penelitian, kajian ilmiah, renungan, cara berpikir, membangun hidup, dan kajian filosofis lainnya secara menyeluruh. Gambaran mengenai posisi khazanah penelitian kuantitatif dan kualitatif digambarkan dalam bagan berikut.

Gambar 1. Bagan khazanah penelitian kuantitatif dan kualitatif

 

Hermeneutika atau metode hidup dalam riset-riset di perguruan tinggi menurut Prof. Marsigit harus bersifat construct. Karena dasar dari ilmu pengetahuan itu sendiri yang sifatnya terstruktur. Landasan filosofis dari hermeneutika sendiri dapat dianalogikan seperti bagaimana orang mendaki gunung. Dimana orang yang mendaki gunung untuk mampu mencapai puncaknya harus melalui tahapan atau proses serta perjalanan yang panjang dan penuh tantangan. Jika tidak ada tantangan atau proses di dalamnya maka tidak dapat dikatakan sebagai hermeneutika. Karena karakteristik dari hermeneutika sendiri yang sifatnya membangun hidup. Untuk mampu membangun hidup itu harus melalui tahapan atau proses yang panjang.

Selanjutnya, pengejewantahan dari hermeneutika ini dalam penelitian matematika di tingkat SD ini juga harus memuat beberapa unsur. Matematika sekolah dasar yang seyogyanya merupakan wadah bagi siswa untuk bermain sambil belajar harus memuat aktifitas atau kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Karena usia siswa sekolah dasar yang masih berada dalam tahap operasional kongkrit (menurut Piaget), maka siswa sekolah dasar diupayakan untuk diperkenalkan materi matematika yang lebih kongkrit serta ada di lingkungan sekitarnya.

Prof. Marsigit juga menekankan bahwa secara filosofis, matematika di tingkat sekolah dasar memang harus penuh dengan intuisi. Hanya saja dalam penyajian atau implementasi atau metodenya harus realistik. Realistik yang dimaksud yakni bersifat kongkrit atau nyata serta dapat dirasakan secara langsung oleh siswa dalam kehidupan sehari-harinya serta bersifat formal.

Pembahasan selanjutnya yakni rencana pemaparan mengenai skema pembelajaran matematika sekolah dasar yang lebih sesuai. Perkuliahan ditutup dengan doa bersama serta motivasi dari dosen agar tetap semangat dalam menjalani proses pendidikan serta tetap mematuhi protokol kesehatan dalam menjalankan aktifitas di luar rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AUFAL KAUSAR REFLEKSI KULIAH 4 FILSAFAT PROF MARSIGIT

TUGAS REFLEKSI KULIAH 4 FILOSOFI, TEORI DAN KONSEP MATEMATIKA SEKOLAH DASAR   Nama : Aufal Kausar ...