Kant menggunakan satu kalimat
filsafat sebagai pengantar dalam bukunya. Bahwa pikiran manusia tidak akan
pernah tuntas karena ada wilayah atau batasan pemikiran yang tidak mampu
dijangkau oleh pikiran manusia itu sendiri.
Pikiran manusia diawali dengan
suatu kaidah bahwa kebenaran tidak akan pernah cukup jika hanya dibuktikan
dengan sebatas pemikiran semata, akan tetapi memerlukan pengetahuan berdasarkan
pengalaman nyata. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, pemikiran manusia
mengalami perkembangan yang semakin pesat dan maju. Hal ini disebabkan oleh
sifat dari pengetahuan manusia yang berisi pertanyaan-pertanyaan akan sesuatu hal
yang tak pernah ada akhirnya. Akibatnya, manusia dengan perkembangan
pemikirannya tersebut semakin menyadari bahwa ada banyak kaidah-kaidah baru
yang tidak mampu dijangkau oleh pikirannya sendiri disebabkan oleh fenomena
timbulnya pertanyaan-pertanyaan baru yang tak ada hentinya tadi.
Walau di sisi lain hal ini
bertentangan dengan kaidah alam pemikiran manusia di awal tadi, dimana sesuatu
yang tidak dapat dibuktikan melalui pengalaman nyata tidak dapat disebut
sebagai pengetahuan, sekaligus menjadi semacam kesalahan tersembunyi dalam
dunia pemikiran manusia. Akan tetapi, tidak hal ini tidak dapat menolak
kenyataan bahwa pemikiran manusia memiliki keterbatasan tertentu, dimana
terdapat banyak hal yang tidak dapat dijangkaunya. Pertentangan pemikiran yang
tiada akhir ini disebut sebagai metafisik.
Waktu, sebagai ratu dari segala
ilmu pengetahuan, merupakan aspek paling penting dari segala masalah. Walaupun
metafisik dianggap sebagai dogmatise kuno. Akan tetapi, saat ini, semua metode
untuk menemukan puncak dari pengetahuan itu sendiri selalu sia-sia. Hal ini
menjadikan dunia pengetahuan menjadi membingungkan, tidak jelas, dan tidak
memiliki nilai manfaat. Di saat yang sama, waktu menjadi hal yang paling
misterius
Pic 1. Universe mind
Kant tidak bermaksud membuat buku
yang berisi kritikan atau sistem tertentu, akan tetapi pertanyaan mendasar akan
pikiran, dengan pertimbangan usaha untuk mencapai pengetahuan tanpa didasari
oleh pengalaman, di sisi lain, solusi atas pertanyaan berdasarkan kemungkinan
dan kemustahilan akan metafisik, dan ketetapan alam, dipahami sebagai batasan
ilmu pengetahuan. Ini menjadi prinsip dasar atas semuanya.
Saat ini, semua hal yang rasional,
harus memuat elemen pengetahuan a priori, dan pengetahuan a priori berdiri di
atas dua hubungan objek. Juga memiliki konsep atas suatu objek sebagai
pendukung atau menjelaskan realitas. Yang pertama adalah teori, lalu praktik,
lalu penjabaran rasional. Kedua elemen pengetahuan a priori ini harus
diutamakan dan dikenal secara hati-hati jika didukung oleh sumber pengetahuan
lain.
Ilmu matematik dan fisika
merupakan dua pengetahuan teoritis yang menetapkan objeknya sebagai pengetahuan
a priori. A priori adalah yang pertama, lalu bagian-bagiannya, juga tergantung
dari sumber pengetahuan yang lainnya. Di zaman dahulu, matematika merupakan
sumber utama ilmu pengetahuan di Yunani. Di sisi lain, Kant berpendapat bahwa
orang-orang Mesir kuno memiliki jalan lain dalam menyelami pengetahuan.
Diogenes Laertius juga memiliki arah pemikiran baru yang menjadi bagian paling
penting dalam sejarah di antara para matematikawan. Ia menemukan bahwa
konstruksi dari pengetahuan a priori tidak harus diikuti oleh kaidah bahwa
konsep pengetahuan tidak harus dimulai dari keyakinan tanpa melalui pembuktian.
Ia berpandangan bahwa konsep pengetahuan itu akan diikuti oleh pembukitan objek
pengetahuan itu dengan sendirinya.
Bacon juga memiliki arah lain
mengenai pengetahuan fisika. Bahwa menemukan pembuktian terlebih dahulu
merupakan sebuah bentuk dari evolusi ilmu pengetahuan. Kant juga menegaskan
keyakinannya akan bagian empirik dari pengetahuan alam. Kant membandingkan
perspektif pengetahuan menurut Galilei dengan Torricelli mengenai volume air.
Termasuk pembuktian yang dilakukan oleh Stahl. Kant meyakini bahwa para ilmuwan
di atas mempelajari alam pikiran manusia dengan perspektif mereka
masing-masing, tidak harus terikat oleh kaidah-kaidah khusus bahwa harus
diawali oleh pembuktian lebih dulu kemudian teori, ataupun sebaliknya. Namun
tetap saja dalam menjawab pertanyaan mengenai suatu fenomena, Kant tetap
meyakini bahwa kesemuanya melalui kaidah pengetahuan berdasarkan hukum yang
tidak tetap dan membandingkan fenomenanya untuk menjawab pertanyaan teoritis
tadi.
Metafisik menjadi Sesuatu yang
murni merupakan pengetahuan spekulatif, yang berdiri sendiri serta bersifat
independent terhadap pengalaman atau fenomena. Yang sejalan dengan konsep
pikiran manusia. Tidak seperti matematika yang mengaplikasikan konsep
berdasarkan intuisi. Akan tetapi metafisik yang seperti ini tidak akan cukup
digunakan sebagai metode saintifik. Kant menemukan bahwa pikiran manusia yang
berdiri sendiri dapat mencapai pengetahuan a priori. Juga ditemukan bahwa
mereka yang ingin mencapai pengetahuan metafisik jauh di lubuk hatinya akan
menolak atau tidak setuju, akan tetapi sains muncul untuk melengkapi pikiran
manusia dalam menyelami metafisik tersebut.
Penemuan Copernicus dalam
eksperimen nya juga menjadi bahan perenungan Kant. Bahwa jika intuisi
menyesuaikan dengan sifat objek eksperimen bagaimana kita bisa mengetahui hal
tersebut sebagai pengetahuan a priori. Jika di sisi lain, objek menyesuaikan
sifat dari kemampuan intuisi kita. Akan tetapi, jika objek tersebut menjadi
pengetahuan, harus merujuk sebagai representasi, atas sesuatu, sebagai objek
dan harus memastikan makna dari objek pengetahuan yang lebih dulu ada.
Disini, Kant ingin memastikan yang
manakah konsep a priori. Ia menganalogikan, jika ia mengasumsikan bahwa sebuah
objek yang telah diketahui, maka harus menyesuaikan dengan konsep dalam
pikirannya. Sebelum objek diberikan kepada dirinya (Kant), sebagai pengetahuan
yang tidak ia buktikan sebelumnya, Kant harus mengasumsikan bahwa objek
tersebut termasuk konsep pengetahuan a priori. Namun, jika ada objek yang ada
dalam pikiran, belum pernah dibuktikan atau diketahui sebelumnya, untuk mencoba
memikirkan apa informs pelengkap dari objek ini selanjutnya adalah dengan
metode baru yang diadaptasi dari kaidah yang kita ketahui sebagai pengetahuan a
priori yang kita simpan sebelumnya.
Kant menyatakan bahwa seandainya
bagian pertama dari metafisik merupakan konsep a priori, atau mengetahui objek
yang mungkin berdasarkan pengalaman
yang merupakan alat bukti pengetahuan. Ia dapat membuktikan metode baru dalam
memahami metafisik. Untuk dapat menjangkau batas pengetahuan adalah tidak
mungkin. Jika kita mengetahui pengetahuan akan objek dan kapan kemunculan
pengetahuan ini, hal ini tidak terpikirkan tanpa kontradiksi. Namun jika
mengasumsikan bahwa representasi dari objek yang diberikan kepada kita tidak
sesuai dengan pengetahuan kita akan tetapi sebagai peristiwa atau pengalaman, sesuai
dengan representasi kita di awal, maka kontradiksi akan hilang dengan
sendirinya. Dan kita yakin akan kebenaran ini dari apa yang kita asumsikan
berdasarkan eksperimen. Kita tahu bahwa mengetahui sesuatu hal secara
meyakinkan tanpa syarat merupakan kebenaran sejauh yang kita ketahui, walaupun
kita juga tahu bahwa hal tersebut jauh di atas pengetahuan kita.