24 Januari 2021

Filsafat Aufal Kausar

LAPORAN KAJIAN FILSAFAT

Berdasarkan Tulisan, Video dan Sumber lain Karya Prof. Marsigit, MA

 


 Kajian Filsafat (Int)

Manusia disebut khalifah di muka bumi. Walau secara pribadi kami belum mampu memaknai secara kaffah kalimat ini karena butuh kajian yang mendalam untuk memaknai esensi manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Dalam tulisan Bapak mengenai KEUNGGULAN DITERMIN, disebutkan salah satu sebab manusia diturunkan ke bumi yaitu untuk menamai benda-benda. Bentuk keunggulan ditermin disini yaitu kemampuan manusia dalam menamai benda-benda tersebut. Artinya, keunggulan ditermin memiliki makna yang luas dalam memayungi sebagian dari kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan manusia. Dari keseluruhan kata kerja tersebut ada yang sifatnya disadari dan tidak disadari. Berbeda dengan makhluk ciptaan Allah SWT yang lain, keunggulan diterminnya merujuk pada keadaan selain yang dilakukan atau dialami oleh manusia. Tumbuhan dan hewan memiliki keunggulan ditermin bersifat instingtif, hampir sama dengan manusia namun terbatas. Benda-benda yang ada di dunia memiliki keunggulan ditermin sesuai dengan kodrat Allah SWT yaitu mengikuti hukum alam.

Dari keunggulan ditermin manusia yang memiliki berbagai kemampuan ini, dapat dipahami pula bahwa tindakan manusia dalam melakukan sesuatu itu bersandar pada ATURAN, sesuai dengan tulisan Bapak dengan judul yang sama. Manusia melakukan sesuatu (makan, minum, beribadah, belajar, bekerja, dan lain-lain), bersandar pada aturan identitas absolut, benarkah atau salahkah di menurut Aturan Allah SWT. Kemudian aktifitas manusia tersebut ditinjau dari aturan identitas relatif. Apakah sesuai dengan hati dan pikiran manusia? Atau sesuai dengan pedoman hidup manusia? Lalu diadaptasikan dengan aturan kontradiksi. Apakah tindakan manusia tersebut sesuai dengan kenyataan yang ada. Juga apakah manusia mampu mencerna hubungan antara aturan identitas dan aturan kontradiksi yang melekat pada manusia itu sendiri

Seorang manusia yang menuntut ilmu, akan mencoba menelaah, ilmu yang akan dipelajari apakah sesuai jika ditinjau dari aturan identitas absolut atau Aturan Allah SWT. Jika ilmu yang dipelajari tidak sesuai aturan identitas absolut, maka akan melanggar aturan identitas relatif manusia itu sendiri karena tidak sesuai dengan pedoman hidup manusia yang sebenarnya. Berakibat pada ketidaksesuaian atau bertentangan pada aturan kontradiksi yang memuat kenyataan. Kenyataan yang dihadapi adalah ilmu yang dipelajari akan tidak sesuai dengan apa yang menjadi kodrat manusia sebagai manusia yang diciptakan dalam ketidaksempurnaannya. Sifat dari aturan kontradiktif yang berbentuk kenyataan itu terikat oleh ruang dan waktu. Manusia sebagai makhluk yang ada di dalamnya, berada pada kondisi sempurna dalam ketidaksempurnaan, serta tidak sempurna dalam kesempurnaan.

Berbeda dengan manusia yang menuntut ilmu sesuai dengan aturan Allah SWT, apa yang dilakukannya memiliki konsekuensi logis bahwa manusia tersebut tidak melanggar aturan identitas yang sifatnya relatif atau yang merujuk pada hati dan pikiran manusia. Karenanya, ilmu yang dipelajari juga akan sesuai dengan aturan kontradiksi yang menjadi kenyataan yang terikat oleh ruang dan waktu. Kesesuaian ini akan saling berkaitan satu sama lain. Artinya, tindakan manusia yang sesuai dengan aturan identitas absolut akan merujuk pada kebenaran.

Kebenaran sendiri memiliki hakekat sesuai dengan tulisan Bapak tentang HAKEKAT KEBENARAN. Dimana disana disebutkan bahwa bahwa kebenaran memiliki tinjauan ontologi, epistemologi dan aksiologi. Aspek ontologi dari kebenaran yang itu berkenaan dengan hakekat dan kedudukan kebenaran. Aspek Epistemologi dari kebenaran memuat asal, proses dan macam kebenaran. Serta aspek aksiologi  dari kebenaran yang berkenaan dengan etika dan estetika kebenaran.

Hakekat kebenaran juga memiliki sejumlah pemaknaan yang luas bergantung pada semesta pembicaraannya. Kebenaran fiksi yang merupakan bagian dari kebenaran analitik tetapi berdasar asumsi atau kebenaran bebas dan juga menghasilkan kebenaran bebas. Kebenaran fiksi berdasar atas asumsi benar sesuai kesepakatan. Kebenaran asumsi merupakan landasan atas kebenaran formal. Ada pula kebenaran komformitas dimana kebenaran ini merujuk pada penyesuaian seseorang atau sekelompok orang terhadap pikiran, perkataan dan tindakan yang sesuai perbuatannya masing-masing terhadap dalil-dalil yang diyakininya.

Seringkali kita mendengar kebenaran yang sifatnya subjektif dan kebenaran yang sifatnya objektif. Keduanya termasuk kebenaran asumsi yang dihubungkan oleh suatu eksperimen. Jika ditinjau dari perspektif lain, kebenaran subjektif dapat disebut sebagai kebenaran dalam. Sedangkan kebenaran objektif merupakan kebenaran luar. Kebenaran dalam merupakan kebenaran berdasarkan asumsi yang berdasar atas pemikiran subjektif manusia. Sedangkan kebenaran luar berdasar pada persepsi objek luar pikiran manusia. Maka dalam kehidupan sehari-hari, kebenaran manusia diterima oleh pikiran melalui suatu pengalaman yang ia anggap benar dan menjadi suatu kebenaran objektif karena berasal dari luar. Setelah mengetahui dan memahami kebenaran objektif, manusia juga memiliki kebenaran subjektif dalam menjelaskan apa yang diketahuinya. Walau di sisi lain, perlu ada kajian mendalam mengenai pola kebenaran objektif maupun kebenaran subjektif ini, kebenaran mana yang lebih dulu diprioritaskan. Karena seyogyanya kebenaran itu memiliki landasan.

Berbicara mengenai landasan, pada tulisan Bapak yang berjudul LANDASAN, saya mengutip secara verbatim kalimat Bapak bahwa hidup manusia itu ada yang memiliki landasan, ada pula yang tidak. Manusia yang memiliki landasan, akan berkeyakinan bahwa segala sesuatu itu ada landasannya. Landasan agama berupa iman, landasan pikiran berupa hati, landasan moral berupa agama, budaya da nada istiadat, dan bentuk-bentuk landasan lainnya. Karenanya, manusia yang berlandaskan sesuatu pasti memiliki makna dibalik landasannya. Makna dibalik perbuatan manusia yang memiliki landasan memiliki makna dan manfaat di baliknya merupakan konseksuensi atas hidup manusia sebagai makhluk yang memilih atau terpilih.

Manusia yang diberi kesempatan memilih hidupnya diistilahkan secara matematis sebagai pola jumlah atau tambah berketentuan. Dan saat memilih menambah perubahan, maka mustahil bagi manusia jika tidak disertai dengan konsep menambah ketentuan. Seperti dalam tulisan berjudul FILSAFAT PENJUMLAHAN, bahwa manusia dapat berpikir melalui pikiran sebelumnya secara psikologis.

Konsep menambah atau mengurangi merupakan keadaan perubahan yang terikat oleh ruang dan waktu. Tidak adanya perubahan oleh ruang dan waktu maka tidak ada pula kegiatan menambah atau mengurangi. Perubahan ruang dan waktu ini sifatnya absolut bagi Tuhan dan relatif bagi segala ciptaan Tuhan. Sebuah benda mati yang tidak bergerak sekalipun berada dalam kondisi menembus ruang dan waktu.

Kembali ke konsep manusia sebagai makhluk yang memilih dan dipilih, sesuai dengan video Bapak tentang FilsafatBagian 1 di YOUTUBE bahwa hidup manusia itu metafisik. Dimana di dalamnya terdiri atas Fatal dan Vital. Fatal merupakan takdir manusia yang sifatnya tetap. Aliran yang ada dalam konsep Fatal ini yaitu Absolutism, Spiritualism, Logicism, hingga Rasionalism. Konsep pengetahuan manusia menurut Rasionalism ini disebut A Priori. Dimana manusia memiliki keyakinan akan pengetahuan yang dimiliki sebelum mendapatkan pengalaman atau peristiwanya sendiri. Pada taraf tertentu, konsep ini bukan dalam artian sebagai bentuk fanatisme. Akan tetapi lebih ke bagaimana keyakinan tersebut memang ada dan menjadi landasan pengetahuannya walau belum mengalami peristiwanya langsung sebagai bukti.

Konsep manusia sebagai makhluk yang memilih disebut sebagai Vital. Sifanya berubah-ubah. Aliran yang ada dalam konsep ini yaitu Realism serta Materialism. Konsep pengetahuan manusia menurut aliran realism ini disebut A Posteriori. Dimana manusia memiliki keyakinan akan pengetahuan berdasar atas pengalaman yang diperolehnya atau mengalami peristiwanya secara langsung. Pengalaman atau perjalanan hidup manusia disebut sebagai konsep empiricism. Aliran ini pula yang menjadi salah satu dasar aliran post-positivism yang berlangsung di dunia saat ini.

3 komentar:

AUFAL KAUSAR REFLEKSI KULIAH 4 FILSAFAT PROF MARSIGIT

TUGAS REFLEKSI KULIAH 4 FILOSOFI, TEORI DAN KONSEP MATEMATIKA SEKOLAH DASAR   Nama : Aufal Kausar ...